JAKARTA, ANDRE - Saat ini di dunia penerbangan berkembang tren self service berupa pelayanan yang bisa dilakukan sendiri oleh penumpang. Misalnya mulai dari pembelian tiket pesawat dengan mudah bisa melalui online atau check-in secara online sehingga penumpang tidak perlu mengantri untuk check-in.
Hal ini disampaikan Damian Hickey, SITA Regional Vice President South Asia & India, pada acara "SITA Indonesia Aviation IT Forum" di Four Season Hotel Jakarta, Rabu (3/11/2010).
Beberapa maskapai penerbangan Indonesia sendiri sudah mulai menerapkan sistem ini. Menurut Fredy Tansari, Director IT Division Batavia Air, maskapai Batavia Air sudah menerapkan e-ticket bahkan e-cargo.
Hasil survei yang dilakukan SITA, spesialis dalam komunikasi angkutan udara dan solusi TI di dunia, ke 2.940 responden dari 7 bandara besar di dunia menyebutkan dalam 4-5 mendatang maskapai penerbangan dan bandara akan mengimplementasikan teknologi untuk memudahkan penumpang agar lebih efisien dan nyaman.
Survei tersebut juga memperlihatkan bahwa penumpang rela membayar lebih untuk kenyamanan melakukan check-in tanpa harus dilakukan di bandara. Sayangnya survei yang sama juga menampilkan hanya sedikit maskapai dan bandara yang memiliki fasilitas tersebut.
Di dunia memang sedang dikembangkan teknologi untuk kemudahan dan kelancaran penumpang dalam melakukan penerbangan. Teknologi yang diterapkan seperti online check-in, mobile check-in, dan kiosk check-in.
Di Indonesia penerapan self service check-in ini masih terbatas. Rata-rata maskapai dan bandara masih menerapkan check-in di loket. Saat-saat musim padat wisata, di loket akan tercipta antrian panjang penumpang yang ingin check-in.
Di masa mendatang, tidak hanya self service check-in tapi juga bisa diterapkan teknologi self taging baggage. Karena rata-rata penumpang menurut survei SITA walaupun maskapai sudah menyediakan fasilitas self check-in, tapi banyak yang akhirnya check-in secara konvensional karena membawa bagasi.
Menurut Direktur Jenderal Perhubungan Udara Herry Bakti, Indonesia bisa menggunakan teknologi tersebut demi peningkatan pelayanan. Sementara itu CEO PT JAS Hotasi Nababan menyebutkan bahwa ada berbagai tipe bandara di Indonesia. Karena itu diperlukan standardisasi untuk semua bandara.
"Selama ini keluhan turis asing banyak misalnya airport. Kesulitan saat migration. Tapi mudah-mudahan ke depan hal itu dapat berubah. Tidak mudah mengimplentasikan teknologi. Tapi soon or later kita akan mengarah ke sana," jelas Tengku Burhanuddin, Sekretaris Jenderal Indonesia National Air Carriers Association (INACA).
Tidak ada komentar:
Posting Komentar