" CARA YANG TEPAT MENASEHATI ANAK YANG BERANJAK DEWASA "
ANDRE: Pada dasarnya, menasihati anak yang sudah beranjak dewasa dengan cara yang berlebihan bisa jadi tidak menghasilkan apapun. Bahkan mungkin, anak tidak akan pernah mengikuti apa yang menjadi nasihat orangtuanya. Namun, kemampuan memberi nasihat yang baik itu sebenarnya bisa dipelajari dan dilatih lho. Dengan begitu, mereka akan lebih menerima nasihat tersebut.
Nah, berikut ini adalah cara memberikan nasihat yang tepat pada anak.
- Mulai dengan pertanyaan dan bukan pernyataan: Misalnya anak kita pulang telat dari waktu yang ditentukan. Sebaiknya mulailah dengan pertanyaan, “Eh anak mama… habis dari mana kok baru sampai?” Jangan mulai dengan, “Kamu pulang terlambat, main dulu ya…?!”, Sering kali orang tua selalu berkata yang tidak terjadi terhadap anak, seperti " Kamu Pulang Terlambat ... ", itu akan semakin memicu emosi anak, dan semakin membuat anak merasa tidak dipercaya lagi oleh kedua orang tuanya.
- Jangan paksa apabila anak belum ingin bicara: Tiap anak memiliki tipe yang berbeda. Ada anak yang ingin langsung ditanya dan menjelaskan saat itu juga. Ada tipe anak yang ingin diam, istirahat bersih-bersih badan dulu, baru setelah merasa nyaman mau ditanya. Ada juga anak yang ingin kita duduk di sampingnya, kemudian dia bicara sendiri sebelum ditanya. Hal ini penting sekali untuk diketahui agar tidak ada yang merasa disakiti antara orangtua dan anak. Jika kita berhasil mengetahui ciri masing-masing anak, pasti kita akan bisa mengajaknya untuk berdialog. " Selalu kita ajak mereka berdialog supaya kita mengerti masalah demi masalah yang dibicarakan anak bersama kedua orang tuanya.
- Tugas kita hanya bertanya dan mendengarkannya saja: Pada saat anak beranjak dewasa, ubahlah cara mendidiknya. Jangan samakan dengan cara mendidik anak yang sudah beranjak dewasa dengan saat anak masih di bangku TK atau SD. Kasus terbesar dan sering terjadi antara orangtua dengan anaknya adalah tidak menyadari bahwa anak sudah beranjak dewasa.
Kondisi anak yang sudah beranjak dewasa cenderung lebih membutuhkan pola asuh yang lebih mengakomodasikan kepentingan anak, seperti ingin mengambil keputusan sendiri, bukan mematuhi apa yang diputuskan oleh orangtua. Ini sangat bagus karena anak akan mampu mengambil keputusan sendiri saat ia berada jauh dari orangtuanya.
Jadi, tugas kita setelah bertanya pada saat yang tepat adalah mendengar dan merespon secara positif. Hal itu untuk menunjukkan bahwa kita tidak hanya mendengar, melainkan “menyimak” dan merespon dengan baik ceritanya.
- Bersabarlah untuk terus mendengarkan, jangan bicara, berkomentar, atau menasihati sampai anak meminta Anda berbicara: Mungkin bisa 15 menit, 30 menit, atau 2 jam anak kita bercerita, jangan sekali-kali Anda bosan untuk mendengarkannya. Kapan saatnya boleh berbicara? Saat anak Anda sudah mengeluarkan kalimat, “Oh iya Ma, gimana Ma… menurut Mama bener gak sih aku?” atau “Oh iya Ma, menurut Mama, mestinya aku harus bagaimana…?” atau pertanyaan anak lainnya agar Anda nemberi pendapat. Apabila anak sudah puas berbicara dan sudah mengeluarkan kalimat semacam itu, telinga dan hatinya sudah siap dan terbuka lebar untuk menerima masukan dari kita.
- Sampaikan nasihat dalam bentuk metafora atau cerita pengalaman masa lalu: Jangan terpancing untuk memberi nasihat langsung. Akan sangat baik jika menggunakan sebuah cerita yang menggambarkan pengalaman kita atau orang lain yang mirip dengan kasus yang dialami oleh anak kita. Ceritakan yang detail tanpa bermaksud untuk menyindir. Kemudian, jelaskan hikmah dari kisah yang Anda ceritakan. Sisipkan nasihat-nasihat Anda yang sesungguhnya dalam hikmah cerita tersebut agar anak tidak menyadari bahwa sebenarnya ia sedang dinasihati.
- Akhiri pembicaraan dengan membiarkan anak menentukan pilihan yang terbaik bagi dirinya.
- Jangan risaukan pilihan atau keputusan anak: Anda tidak perlu takut atau risau akan pilihan dan keputusan anak. Jika anak salah dalam memilih atau memutuskan, itu sebenarnya bagian dari proses belajar dan pendewasaan mental anak. Ingatlah, tugas orangtua adalah bukan membuat anak tidak pernah melakukan kesalahan, melainkan anak bisa belajar dari kesalahannya atau tidak mengulangi kesalahan yang sama yang pernah dibuat oleh orang lain.(Icha_Meisya: ichankmeisya@gmail.com)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar